Perpustakaan
manual sudah bukan zamannya lagi. Ada serangkaian aplikasi Teknologi Informasi
(TI) yang bisa membantu kinerja para pustakawan, bahkan yang menyerupai
kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI).
Zaman
mencari buku secara manual di perpustakaan agaknya akan segera berlalu. Tak
perlu lagi berlelah leher mencari judul buku atau penulis yang diinginkan.
Komputeriasi telah membantu kinerja para pustakawan menjadi jauh lebih
sederhana dan mudah. Terlebih kini sudah banyak dikembangkan kecerdasan buatan
yang menyerupai kecerdasan manusia sehingga bisa menggantikan peran pustakawan
dalam melakukan kinerja di perpustakaan.
"Kegiatan
perpustakaan seperti pembuatan indeks, katalogisasi, penyeleksian literatur,
pengarsipan dan referensi dapat dibantu oleh sistem pakar. Sistem ini akan
berhasil baik kalau cakupan ilmunya mendalam dan dapat didefinisikan dengan
jelas, " papar Dr. Engkos Koswara, Kepala Pusat Penelitian Informatika
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada pers di Jakarta belum lama
ini.
Sistem
pakar yang dimaksud oleh lelaki lulusan University of Salford, Inggris bidang Information
Technology ini adalah expert system (sistem pakar) yang merupakan
bagian dari Knowledge Base System (KBS), bagian pula dari Artificial
Intelligence (AI). Definisi dari sistem pakar ini menurut Engkos adalah
perangkat lunak komputer yang berisi pengetahuan dan pengalaman pakar serta
menggunakan mesin inferensi yang menyerupai cara pakar dalam memecahkan
masalah. Jadi piranti lunak ini hampir menyerupai kecerdasan manusia.
Macam
Aplikasi
Piranti
lunak sistem pakar yang sudah banyak dipakai di perpustakaan misalnya Cansearch
dan MenUse yang membantu membuat statement penelusuran pada pangkalan data
Medline, bidang kesehatan dalam terapi kanker. Sistem ini menggunakan bantuan
menu pada layar komputer atau menu driven dengan teknik touch terminal,
tidak menggunakan keyboard.
Bidang
kerja perpustakaan lain seperti pengindeksan bisa ditolong dengan Intelligent
Computer Asistance (ICA) yang sudah sukses dipraktikkan oleh US National
Library of Medicine. Piranti lunak yang popular dalam bidang indeks ini
adalah MedIndEx, salah satu prototipe sistem pakar hasil penelitian untuk interactive
knowledge-based indexing dari literatur medis menggunakan Medical Subject
Heading (MeSH). Sistem ini dapat memproduksi indeks dari basis pengetahuannya
dalam bentuk frame, berperan sebagai sistem komputer untuk mengindeks secara
konsisten dan tepat.
Sistem
pakar lain yang juga diaplikasikan bagi keperluan pengindeksan, yaitu Machine
Aided Indexing (MAI). Aplikasi ini dibuat oleh American Petroleum
Institute.
Sedangkan
bagi bidang katalogisasi dan klasifikasi dikembangkan piranti lunak yang
menentukan nomor klasifikasi buku dan menentukan judul subjek.
Salah
satu contoh sistem pakar untuk katalogisasi adalah Online Catalogue Library
of Congress (OCLC) Automated Title Page Project. Sistem ini
dikembangkan untuk menghasilkan deskripsi bibliografi sesuai dengan standar Anglo
American Catalogue Rules (AACR2). Sistem ini dapat mengidentifikasi secara
benar elemen-elemen bibliografi sekitar 73 persen.
Referensi
Pustaka
"Kegiatan
lain yang dibantu oleh sistem pakar adalah referensi. Kegiatan ini merupakan
aktivitas luas, mulai dari menjawab pertanyaan mengenai direktori sampai
penelusuran literature, " jelas Engkos yang baru saja dikukuhkan sebagai
Ahli Peneliti Utama (APU) di LIPI Bidang Dokumentasi, Informasi dan
Perpustakaan ini.
Salah
satu sistem pakar bernama Comit melakukan pencarian informasi melalui data
bibliografi secara batch. Batch adalah pencarian yang dapat dikembangkan ke
sumber informasi lain seperti kamus dan atlas. Contoh sistem pakar untuk
konsultasi referensi adalah Pionter, Answerman atau Aquaref, Flexus, ORA dan
DISTREF.
Pointer
merupakan program mikrokomputer untuk mensimulasi kerja pustakawan dalam
kegiatan penelusuran dokumen pemerintah. Sistem ini dikembangkan oleh State
University of New York, AS. Dibuat dengan tujuan memberi petunjuk kepada
pengguna dokumen pemerintah yang ada di perpustakaan universitas.
Keunggulan
sistem ini terletak pada pertanyaan yang ditujukan kepada pengguna untuk
mengetahui kebutuhannya. Bahasa komputer yang dipakai adalah Basic dengan
menggunakan sistem menu.
Sistem
pakar Answerman dan Aquaref dikembangkan oleh National Agricultural Library,
AS. Ini merupakan sistem berbasis komputer yang dapat menolong pengguna
perpustakaan dalam mencari sumber informasi yang tepat, termasuk menjawab
pertanyaan mereka.
Sedangkan
Flexus merupakan kembangan para ilmuwan dari The Central Information Service
University of London. Sistem ini dibuat untuk menuntun pengguna dalam
pencarian informasi bidang perkebunan. Bahasa komputer yang dipakai adalah
Pascal. Sistem ini dapat berbuat hampir sama seperti seorang pakar perpustakaan
atau pustakawan dalam melakukan kegiatannya melakukan referensi.
Engkos
menjelaskan, semua kerja sistem pakar ini dilakukan secara online. Kegiatannya
antara lain menyeleksi database, menentukan kata kunci dan membuat strategi
penelusuran. Untuk menghadirkan sistem pakar di perpustakaan berarti harus ada
akses internet yang menjadi host.
"Membangun
sistem pakar di perpustakaan harus didukung dengan bahasa perintah, format
luaran, cakupan pangkalan data, dan adanya fasilitas penelusuran literatur
termasuk operasional untuk memperbaiki kesalahan sewaktu menelusuri informasi,
" jelas Engkos.
Demi
lengkapnya kehadiran sistem pakar di perpustakaan diperlukan pula basis data,
subjek area, indeks, tesaurus, klasifikasi, kode, teknik reformulasi search
mode, subjek domain, termasuk struktur semantik, perbendaharan kata dan
hubungan semantik antarterminologi. Apabila semua ini bisa dilengkapi maka
seorang pustakawan bisa digantikan oleh sistem pakar. Tentu saja tak perlu
digantikan dalam arti sesungguhnya, melainkan hanya diperingan saja tugasnya.
Memang
tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menghadirkan kecerdasan buatan
di perpustakaan. Diperlukan banyak pengetahuan dan biaya yang tidak sedikit.
Tapi sekali itu berhasil dilakukan maka perpustakaan menjadi sebuah pusat ilmu
pengetahuan yang tak membosankan. Bahkan perpustakaan bisa hadir pula secara
online di dunia maya.
Penulis
: Merry Magdalena
Sumber : Sinar Harapan (2 Desember 2004)
Comments
Post a Comment